Rabu, 14 Januari 2015

Sifat Diskriminasi dan Etnosentrisme

~ Diskriminasi

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut, disebabkan karena kecenderungan manusianya yang membeda-bedakan individu atau masyarakat lain. Biasanya dikriminasi ini terjadi akibat perbedaan karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil secara langsung atau tidak langsung terhadap orang lain dengan didasarkan ras, suku, warna kulit, agama, dll dapat menimbulkan konflik dan pengucilan terhadap orang atau masyarakat tersebut.

Sebagai contohnya ketika ada seseorang yang memiliki kecacatan fisik (tubuhnya kurang sempurna) yang dimiliki sejak lahir atau baru dialami ketika dalam menjalankan kehidupannya seperti akibat kecelakaan dapat merasa terkucilkan dalam hal mencari pekerjaan. Orang tersebut bersaing dengan orang lain yang kebanyakan dari mereka adalah bertubuh sempurna (tanpa cacat fisik). Namun perusahaan perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan memberikan peluang lebih sedikit untuk mereka dari pada masyarakat yang bertubuh normal dalam kriteria penerimaan karyawan. Mereka berpendapat bahwa orang – orang yang tidak memiliki fisik yang lengkap akan memperlambat kinerja dia dalam bekerja, atau bahkan akan mempersulit pekerjaan mereka dan memberikan keuntungan yang sedikit bagi perusahaan mereka.

Kejadian seperti inilah yang seharusnya tidak terjadi dalam kehidupan ini. Mereka juga sama – sama ingin dapat hidup layak seperti orang yang bertubuh lengkap. Mereka juga ingin bekerja, dapat menghidupi keluarganya dengan cukup. Namun mengapa pihak perusahaan harus lebih mementingkan orang yang berfisik lengkap dari pada yang tidak? Seharusnya mereka diberikan peluang yang sama dalam memperoleh pekerjaan, walau seharusnya penempatan pekerjaannya disesuaikan dengan kemampuan masing – masing. Mungkin saja ternyata yang memiliki tubuh kurang sempurna memiliki ide – ide yang cemerlang untuk membantu membangun perusahaan semakin meningkat, atau ternyata malah kinerjanya dapat lebih baik dari pada yang lain, lebih gesit atau cara komunikasinya lebih bagus mudah dipahami. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Mungkin saja orang yang bertubuh lengkap ternyata memiliki kekurangan dalam menjalin komunikasi dengan client mereka, atau kinerjanya yang kurang bagus, kurang bisa memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan, dan sebagainya.

Untuk itu sifat diskriminasi ini harus dibuang jauh – jauh untuk terciptanya kehidupan yang damai, tidak ada kesenjangan maupun pengucilan kepada orang yang tak bersalah.


~ Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah sikap yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain. Etnosentrisme dapat diartikan juga sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik. Seperti ketika suatu suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik antar ras, suku, daerah.

Contoh konfliknya adalah menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat.

Dapat dimisalkan seperti perbedaan pendapat dalam cara pengajaran guru kepada murid – muridnya. Guru seperti masyarakatnya, dan cara pengajaran adalah kebudayaan dalam hal cara pembelajaran dari si guru tersebut. Ada seorang guru yang mengajari murid – muridnya dengan cara lebih banyak memberikan tugas dari pada menjelaskan teori, anak muridnya diperintahkan untuk membaca dan memahami pelajaran secara mandiri, dan guru tersebut tidak banyak berada didalam kelas, dia hanya memberikan tugas dan sesekali membahas tugas tersebut. Tetapi guru tersebut menjalin hubungan yang baik dan ramah dengan anak muridnya, dengan cara seperti tidak terlalu serius dalam belajar di jam pelajarannya, banyak canda dan tawa saat belajar. Dia merasa bahwa cara mengajarnya sudah baik. Tetapi beberapa guru – guru lain ataupun beberapa muridnya pun menjadi komplain dan tidak menyukai cara pembelajarannya yang lebih banyak memberikan soal tanpa memberikan dasarnya terlebih dahulu, juga lebih banyak canda tawa dari pada serius dalam belajar. Mereka menyangka bahwa cara pembelajaran yang seperti ini tidak akan berhasil, karena murid – murid menjadi kurang paham dalam pelajaran tersebut. Namun maksud dari sang guru ini adalah mengajarkan belajar secara mandiri dengan aktif dan agar anak mau membaca bukunya tanpa harus selalu diberikan materi oleh gurunya, jadi jika ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada sang guru, juga untuk menjalin keakraban antara guru dengan siswanya.

            Etnosentrime ini adalah rasa bangga suatu masyarakat terhadap kebudayaannya. Merasa bahwa kebudayaannya adalah kebudayaan yang paling baik. Padahal semua kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri yang menampilkan kesan keindahan tersendiri. Jadi setiap kebudayaan memiliki daya tarik tersendiri. Sifat etnosentrime ini berkebalikan dengan rasa toleransi, dimana rasa toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Jadi tidak ada rasa untuk saling menghina kebudayaan milik orang lain, dan tidak ada yang merasa bahwa kebudayaan miiliknya lah yang paling bagus dan kebudayaan masyarakat lain tidak bagus dari pada miliknya. Seperti contoh diatas, bahwa carok adalah kebudayaan masyarakat madura. Kita sebagai yang bukan masyarakat madura hanya dapat mentoleransinya karena itu adalah kebudayaan mereka. Namun jika itu dinilai kurang baik apabila dilakukan dalam aktifitas dikehidupan keseharian sebaiknya jangan ditiru, ambil saja positifnya, kita hanya berhak tahu itu adalah kebudayaan mereka.

Source:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar