~ Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut, disebabkan karena kecenderungan
manusianya yang membeda-bedakan individu atau masyarakat lain. Biasanya dikriminasi
ini terjadi akibat perbedaan karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil secara
langsung atau tidak langsung terhadap orang lain dengan didasarkan ras, suku, warna
kulit, agama, dll dapat menimbulkan konflik dan pengucilan terhadap orang atau
masyarakat tersebut.
Sebagai contohnya ketika ada
seseorang yang memiliki kecacatan fisik (tubuhnya kurang sempurna) yang
dimiliki sejak lahir atau baru dialami ketika dalam menjalankan kehidupannya
seperti akibat kecelakaan dapat merasa terkucilkan dalam hal mencari pekerjaan.
Orang tersebut bersaing dengan orang lain yang kebanyakan dari mereka adalah
bertubuh sempurna (tanpa cacat fisik). Namun perusahaan perusahaan yang membuka
lowongan pekerjaan memberikan peluang lebih sedikit untuk mereka dari pada
masyarakat yang bertubuh normal dalam kriteria penerimaan karyawan. Mereka berpendapat
bahwa orang – orang yang tidak memiliki fisik yang lengkap akan memperlambat
kinerja dia dalam bekerja, atau bahkan akan mempersulit pekerjaan mereka dan
memberikan keuntungan yang sedikit bagi perusahaan mereka.
Kejadian seperti inilah yang
seharusnya tidak terjadi dalam kehidupan ini. Mereka juga sama – sama ingin
dapat hidup layak seperti orang yang bertubuh lengkap. Mereka juga ingin
bekerja, dapat menghidupi keluarganya dengan cukup. Namun mengapa pihak perusahaan
harus lebih mementingkan orang yang berfisik lengkap dari pada yang tidak? Seharusnya
mereka diberikan peluang yang sama dalam memperoleh pekerjaan, walau seharusnya
penempatan pekerjaannya disesuaikan dengan kemampuan masing – masing. Mungkin saja
ternyata yang memiliki tubuh kurang sempurna memiliki ide – ide yang cemerlang
untuk membantu membangun perusahaan semakin meningkat, atau ternyata malah
kinerjanya dapat lebih baik dari pada yang lain, lebih gesit atau cara
komunikasinya lebih bagus mudah dipahami. Setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Mungkin saja orang yang bertubuh lengkap ternyata
memiliki kekurangan dalam menjalin komunikasi dengan client mereka, atau
kinerjanya yang kurang bagus, kurang bisa memberikan keuntungan yang besar bagi
perusahaan, dan sebagainya.
Untuk itu sifat diskriminasi ini harus dibuang jauh – jauh untuk
terciptanya kehidupan yang damai, tidak ada kesenjangan maupun pengucilan
kepada orang yang tak bersalah.
~ Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah sikap yang
menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur
untuk menilai kelompok lain. Etnosentrisme dapat diartikan juga sebagai sikap
yang menganggap cara hidup bangsanya merupakan cara hidup yang paling baik.
Seperti ketika suatu suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain
lebih rendah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik antar ras, suku,
daerah.
Contoh konfliknya adalah menurut Latief Wiyata, carok adalah
tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila
harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai
perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok
dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan
bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk
akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan
konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Dapat dimisalkan seperti perbedaan pendapat dalam cara
pengajaran guru kepada murid – muridnya. Guru seperti masyarakatnya, dan cara
pengajaran adalah kebudayaan dalam hal cara pembelajaran dari si guru tersebut.
Ada seorang guru yang mengajari murid – muridnya dengan cara lebih banyak
memberikan tugas dari pada menjelaskan teori, anak muridnya diperintahkan untuk
membaca dan memahami pelajaran secara mandiri, dan guru tersebut tidak banyak
berada didalam kelas, dia hanya memberikan tugas dan sesekali membahas tugas
tersebut. Tetapi guru tersebut menjalin hubungan yang baik dan ramah dengan anak
muridnya, dengan cara seperti tidak terlalu serius dalam belajar di jam pelajarannya,
banyak canda dan tawa saat belajar. Dia merasa bahwa cara mengajarnya sudah
baik. Tetapi beberapa guru – guru lain ataupun beberapa muridnya pun menjadi
komplain dan tidak menyukai cara pembelajarannya yang lebih banyak memberikan
soal tanpa memberikan dasarnya terlebih dahulu, juga lebih banyak canda tawa
dari pada serius dalam belajar. Mereka menyangka bahwa cara pembelajaran yang
seperti ini tidak akan berhasil, karena murid – murid menjadi kurang paham
dalam pelajaran tersebut. Namun maksud dari sang guru ini adalah mengajarkan
belajar secara mandiri dengan aktif dan agar anak mau membaca bukunya tanpa
harus selalu diberikan materi oleh gurunya, jadi jika ada yang kurang mengerti
dapat ditanyakan kepada sang guru, juga untuk menjalin keakraban antara guru dengan siswanya.
Etnosentrime ini
adalah rasa bangga suatu masyarakat terhadap kebudayaannya. Merasa bahwa
kebudayaannya adalah kebudayaan yang paling baik. Padahal semua kebudayaan
memiliki ciri khas tersendiri yang menampilkan kesan keindahan tersendiri. Jadi
setiap kebudayaan memiliki daya tarik tersendiri. Sifat etnosentrime ini
berkebalikan dengan rasa toleransi, dimana rasa toleransi adalah istilah dalam
konteks sosial, budaya, dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Jadi tidak ada rasa untuk saling menghina kebudayaan
milik orang lain, dan tidak ada yang merasa bahwa kebudayaan miiliknya lah yang
paling bagus dan kebudayaan masyarakat lain tidak bagus dari pada miliknya. Seperti
contoh diatas, bahwa carok adalah kebudayaan masyarakat madura. Kita sebagai yang
bukan masyarakat madura hanya dapat mentoleransinya karena itu adalah
kebudayaan mereka. Namun jika itu dinilai kurang baik apabila dilakukan dalam
aktifitas dikehidupan keseharian sebaiknya jangan ditiru, ambil saja
positifnya, kita hanya berhak tahu itu adalah kebudayaan mereka.
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar