Selasa, 09 Juni 2015

Mengapa terjadi Kasus Penindasan di Sekolah?

Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan. (by : http://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan )

Contoh kasus sebagai berikut :

Kasus Bullying SMA 82 Jakarta

Ade Fauzan, siswa kelas I yang menjadi korban kekerasan dari siswa kelas III SMA 82 Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP), Jl Kiai Maja, Jakarta Selatan.
Saat ditemui di RSPP, Jumat (6/11/2009), Ade menceritakan, kejadian itu bermula pada Selasa (3/11/2009) pagi. Saat itu Ade hendak mengambil buku Geografinya yang tertinggal di ruang kelas III.
Sudah menjadi rahasia umum di SMU tersebut, siswa kelas I dan II tidak dapat melalui sebuah koridor. Hanya siswa kelas III yang dapat melaluinya. Koridor Gaza sebutannya.
Ade pun langsung ditonjok wajahnya. "Saya tidak ingat siapa yang nonjok, tahunya anak-anak kelas III," kata Ade.
Kekerasan pada Ade belum berakhir. Saat jam sekolah berakhir,...... (by: http://forum.detik.com/ini-dia-5-kasus-bullying-sma-di-jakarta-t476916.html?query-string)

Kasus bullying atau penindasan ini sudah marak adanya di Indonesia. Kasus ini lebih banyak terjadi di lingkungan sekolah, lebih tepatnya terjadi di Sekolah Menengah Atas. Munculnya penindasan ini didasari dengan aturan tidak tertulis yang dibuat oleh pihak senior, yang harus di taati oleh junior juniornya. Pihak senior merasa seperti daerah sekolah adalah kekuasaan mereka, sehingga mereka dapat berbuat melakukan apa pun, seolah - olah guru dan pihak sekolah lainnya adalah orang yang ‘hanya’ berkewajiban memberikan mata pelajaran di kelas, tidak memiliki urusan di luar kelas. 
Masalah ini terjadi didasari karena akhlak perilaku dari siswa yang sangat kurang baik. Perbaikan masalah ini agar tidak terulang kembali yaitu dengan cara memberikan motivasi dan pendidikan akhlak kepribadian dengan pengawasan langsung oleh orang dewasa. Jadi pihak sekolah dan keluarga harus turun tangan dalam memperbaiki kepribadian yang lebih baik untuk anak – anaknya. Orang – orang yang suka menindas orang lain sebenarnya sedang merasakan penderitaan dalam hidupnya, namun orang tersebut tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan penderitaannya tersebut, sehingga dia menuangkan rasa kekecewaannya terhadap orang lain dengan cara penindasan. Rasa kasih sayang yang tulus adalah kunci dari diri manusia untuk tidak melakukan penindasan terhadap orang lain.